Rabu, 10 Oktober 2012

Memaafkan dan Meminta Maaf


                Hari ini aku berenang bersama teman-teman sekolahku. Hampir semua murid hadir, tetapi menurutku teman paling penting diantara semua temanku  adalah Dave, karena ia adalah murid yang baru menempati kelas kami selama kurang lebih 2 bulan. Tak hanya itu, ia sekarang juga sudah tergolong “teman baikku”.
                 
                Tetapi, teman baik pun juga bisa saling bermarah-marahan bukan? Ya, tadi pada saat kami berenang, aku merasa sangat benci kepadanya. Aku mengabaikannya. Dapat dikatakan tadi aku marah ‘tingkat dewa’. Mengapa? Karena menurutku, dia seperti tidak menghargaiku lagi sebagai temannya.
                 
                Pada saat itulah, tak tau mengapa, tiba-tiba aku diingatkan kepada saat-saat sebelum Dave masuk ke sekolah kami.

   Aku dan Kak Debra sudah menunggu selama kurang lebih satu semester untuk mempunyai teman baru. Kami berdua sudah bosan untuk duduk di kelas hanya berdua saja. Kadang, jika salah satu dari kami sedang tak dapat hadir, pasti kelas kami akan di juluki “private class”.

  Akhirnya, setelah melalui semua kebosanan itu, Tuhan memberikan kami seorang anak laki-laki, yang sama umurnya dengan aku, untuk menjadi teman kami. Sosok teman inilah yang kukenal sebagai Dave Putra.

  “Hargailah temanmu itu, kamu tak akan tahu kapan lagi kamu bisa mempunyai teman seperti itu”, kalimat itu melintas di kepalaku. Pada saat itu juga aku menyesal. Seharusnya, aku memaafkannya. Tetapi mengapa tidak? Itulah kelemahanku. Pada saat orang menyakitiku, aku tidaklah gampang memaafkannya.

  Saat ini, aku membuat komitmen terbesar di dalam hidupku. Untuk memaafkan orang-orang yang menyakitiku dan meminta maaf jika aku bersalah kepada mereka. Ya, itulah komitmenku. Sekarang juga, aku memaafkan Dave, teman baikku itu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar