Rabu, 03 Oktober 2012

Yang Terbaik


“Miss, test nya susah ga?”, aku bertanya kepada guru matematikaku tadi pagi. “Asal kamu belajar, kamu pasti bisa”, jawabnya.

            Jantungku terasa berdebar-debar. Aku mulai gugup di dalam, tapi aku terus coba untuk tidak terlihat gugup di depan 2 temanku itu. “Siap?”, tanya guru matematikaku. Jantungku tambah berdebar, bahkan lebih keras. Tapi apa boleh buat? Harus aku terima ulangan itu.

            “Nih..”, ujar guruku sembari ia membagikan kertas ulangan itu kepada kami. Tulisan “TEST” di bagian atas itu sangat menggangguku. Membuatku tambah gugup. Aku takut aku akan dapat nilai yang kurang memuaskan.

            Soal pertama selesai, kemudian soal kedua menyusul dan yang ketiga, keempat dan seterusnya mengikuti. “Tambah lama, kok tambah susah ya soalnya?”, tanyaku dalam hati. Aku menoleh keatas untuk melihat jam dan terkejut. “Miss, kok dah jam segitu!”, aku bertanya kepada guruku dengan nada kaget. Guruku hanya membalas dengan satu senyuman lebar.

            Kemudian aku mulai berdoa, berharap bahwa Tuhan dapat memberikan aku waktu lebih, kemampuan untuk menghitung dan menulis dengan cepat.

            Aku ngebut. Pokoknya hitung aja dan jawab, mengabaikan jam yang terus mengeluarkan suara “tik tok tik tok” diatasku. “Bisa ga ya, selesai tepat waktu?”, aku terus bertanya kepada diriku sendiri.

            Pada satu saat, tanganku terasa sangat capek. Aku berhenti sebentar dan menoleh sekali lagi kearah jam di atasku. Dengan hanya satu pandangan, aku seperti terkena serangan jantung. Waktuku untuk menyelesaikan ulangan itu tinggal lima menit saja. Bagaimana caranya untuk bisa selesai tepat waktu? Aku masih punya beberapa soal lagi yang belum dikerjakan.

            Setelah mengetahui bahwa waktuku hanya tinggal beberapa menit, aku janji kepada diriku sendiri untuk tidak melihat jam lagi sampai ulanganku selesai. Pada saat ini, aku hanya bisa berdoa dan melihat mukjizat yang Tuhan dapat berikan padaku.

            Tanpa berpikir apa-apa lagi, aku langsung berdoa panjang sambil mengerjakan soal-soal itu satu persatu. “Tuhan, semoga aku bisa selesaiin soal-soal ini tepat waktu dan bisa mendapat nilai yang bagus”, aku terus mengulangi kalimat itu.

            Saat tanganku sedang menulis angka-angka dan huruf-huruf yang rumit itu dengan sangat cepat, terdengar bunyi lonceng tanda waktu istirahat yang sangat keras. “Aduh! Masih ada enam soal lagi!”, aku berteriak di dalam hati. “Gapapa, selesain dulu aja”, kata guruku. Hatiku terasa sangat hangat setelah mendengar perkataan itu.

            Aku tetap menulis sampai aku melihat guru history -- kelas setelah matematika -- datang membawa tas hitamnya. “Udah ya”, kata guru matematikaku yang ramah itu. Pada saat itulah aku berhenti menulis dan mulai memanjatkan doa terakhirku. Aku berdoa supaya aku bisa mendapat nilai yang bagus.

            Kuambil kertas kerja ku, merapikannya dan mengumpulkannya kepada guruku. Hatiku pada saat itu berkata, “Sudah, kalo misalnya nilainya jelek, tinggal ambil remedy”. Aku menyingkirkan kalimat itu dengan segera, berharap bahwa Tuhan bisa memberikanku nilai yang bagus.

            Aku masih memikirkan nilaiku sampai jam istirahat kedua. Tetapi selalu ada suara yang sangat kecil ini di hatiku yang selalu berbisik, “Jangan cemas, dan jangan ragukan, pasti Dia akan beri yang terbaik”. Aku ikuti saja apa yang hatiku berkata.

            “Bang! Nilainya bagus!”, teriak temanku dari samping. “Nilai apa?”, tanyaku sambil menggaruk kepala. “Math!”, dia jawab balik. “Serius!”.

            Terdengar suara nyanyian Puji Syukur yang sangat keras di dalam hatiku, sampai-sampai seperti ada acara ulang tahun di situ. Aku bangkit berdiri dan merasa sangat senang. Aku tak percaya, mukjizatNya benar-benar terjadi! Aku sangat berterima-kasih kepada Tuhan. Dia telah memberikanku Yang Terbaik….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar