Kamis, 15 November 2012

Perjalanan Yang Luar Biasa

            Di tahun 2050, hidup semua orang dengan tentram tanpa ada suatu masalah. Disitu semua orang punya baju yang bisa mengikuti kemauan pikirannya seperti iron man di tahun 2010 ,dulu itu adalah imajinasi semua orang untuk memilikinya tetapi sekarang semua orang punya itu .                                                                                                                    
            Tetapi mereka punya sumber energi untuk menjalankan itu semua ,tetapi  sumber energi itu sudah menipis dan hampir habis .Pemerintah menyuruh navy seals,FBI,CSI,dll mereka diperintahkan untuk mencari sumber daya itu , mereka mencari sampai ke semua negara yang ada di bumi .                                                                                                                
            Tetapi mereka belum berhasil dan dari 1000 orang yang dikirim oleh pemerintah ,yang hanya bisa bertahan hidup hanya 10 orang , lalu mereka pulang dengan tangan kosong.                                                                                                                                                                           
Mereka menceritakan kepada pemerintah tentang perjalanan mereka yang sangat mengerikan karena mereka semua menghadapi banyak monster-monster raksasa yang sangat kuat , menyebrang lembah-lembah , bertemu dengan negara lain yang tidak menyukai mereka dan mereka perang ,dan masih banyak lagi.Presiden sangat bingung pada saat itu karena jika sumber energi itu sudah habis mereka semua akan kembali seperti jaman dahulu kala,seperti saat dinosaurus berada.                                                                                                                   
 Pemerintah menghitung jumlah energi mereka ,ternyata energi itu hanya bisa bertahan dalam 2 bulan lagi.Presiden menyuruh anak buahnya untuk mencari dukun yang bisa meramal dimana keberadaan energi tersebut disimpan.                                                                            
Akhirnya mereka bertemu dukun yang bisa mengetahui keberadaan energi itu disimpan , mereka langsung memberi tahu presiden tentang hal itu , mereka berkata bahwa energi itu disimpan di pulau tenggelam beribu-ribu tahun yang lalu , yaitu pulau Atlantis.
Lalu special force dari amerika turun langsung ke laut untuk mencari pulau tersebut tetapi mereka tidak tahu keberadaannya.                                                                                                      
Mereka 1 minggu sudah mereka mencari dan tidak ada kabar lagi.Ternyata mereka semua telah meninggal .                                                                                                                          
Presiden pada waktu itu sangat bingung apa yang akan dilakukannya ,lalu dia membuat pemberitahuan kepada semua rakyatnya yang mau menjadi sukarelawan untuk pergi mencarinya.                                                                                                                                  
Setelah terkumpul lebih dari 1000 orang sukarelawan dengan pakaian iron man komplit , mereka di seleksi untuk bisa pergi.Setelah melalui seleksi yang sangat ketat yang hanya bisa lulus hanya ada 5 orang , yang lainnya telah gugur.                                                                 
Raja semakin bingung,tetapi kelima orang ini berkata,”jangan takut kami akan berusaha semaksimal mungkin”.Lalu mereka berangkat untuk mencari mereka mulai memasuki pelosok pelosok untuk menemukannya .Mereka berkeliling jauh bersama sama mereka telah ke singapore ,  malaysia , inggris , dubai , afrika, indonesia , dll mereka bersama- sama mencarinya halangan demi halangan mereka lalui , banyak sekali monster monster yang menghadang mereka lalu mereka menghadangnya atau mengalahkannya dengan kekuatan baju mereka ,baju mereka itu sangat kuat.                                                                             
Pakaian itu membunyai laser yang bisa menembus baja ,jadi semua monster mereka bisa lawan , tiba dimana saat mereka mendarat di afrika , mereka dihadang oleh special force afrika disana dan banyak monster monster seperti hulk dan semacamnya ,tetapi mereka lebih kecil dan berwarna merah.                                                                                  
Mereka secara jumlah kalah telak,karena bisa dibilang 5 banding 2000 . Tetapi karena mereka berlima sangat hebat dalam melakukan pertarungan jadi mereka semua terbantai oleh lima sekawan ini . Mereka sangat lelah energi dari pakaian mereka sudah mau habis , untung saja bahan bakar mereka telah di modifikasi menjadi bensin.         
Mereka langsung mencari pom bensin   untuk segera mengisi bahan bakar mereka , kalau tidak mereka tidak akan bisa terbang dan menembak lagi karena kekuatannya telah habis. Setelah mereka mengisi bensin mereka langsung pergi ke laut Dubai , disana banyak sekali monster laut yang sangat besar dan kuat.                                                                 
Tetapi mereka tidak takut karena mereka yakin akan mengalahkannya .Setelah mereka selesai bertarung ternyata atlantis bukan di Dubai lalu mereka bergi terus berkelana kemana mana , sedangkan waktu energi sudah tinggal tersisa 1 bulan dan 2 minggu lagi , energi itu sudah makin menipis,jadi mereka harus cepat cepat .                                            
Mereka lalu pergi ke Indonesia disana mereka langsung ditembaki oleh tentara indonesia karena mereka datang tanpa salam , tetapi langsung menyerobot masuk ke indonesia tanpa ijin.                                                                                                                       
Setelah itu mereka tertangkap oleh tentara indonesia, mereka berlima tidak bisa menandingi kekuatan militer indonesia yang elit.                                                           
Tetapi mereka berhasil kabur dan mereka bertemu presiden Indonesia untuk minta ijin , lalu mereka diperbolehkan.Setelah menelusuri ternyata tidak ada pulau yang tersebunyi .                                                                                                                                                    
Akhirnya mereka memutuskan untuk menelusuri samudera pasifik terlebih dahulu,disitu terjadi pertarungan yang seru dimana saat bahan bakar mereka sekarat mereka sedang berada di dalam kapal bajak laut.                                                                                   
Mereka tidak bisa meloloskan diri karena kehabisan bahan bakar mereka semua diancam hukuman mati oleh kapten kapal tersebut tetapi mereka tidak takut karena mereka yakin akan selamat.                                                                                                                                            
Pada saat detik detik mereka akan dibunuh mereka melihat ada tong yang berisi banyak sekali bensin , mereka mengira dia hanya punya satu tetapi mereka punya ratusan di kapalnya , lalu mereka mengisi bahan bakar dan melarikan diri dari kapal tersebut dengan selamat.                                                                                                                                                                
Mereka bertemu banyak monster disana tetapi mereka selalu menang karena mereka sangat kuat dan akhirnya semua ,monster monster di laut ia berhasil taklukan bersama.                                                                                                                                                           
Dan akhirnya tiba dimana mereka lega untuk mencari lagi pulau atlantis yang hilang tersebut mereka mencari dari sudut ke sudut, dari pelosok ke pelosok ,dari teluk ke teluk, dari selat ke selat.                                                                                                                                                  
Dan mereka menemukan suatu pulau yang tenggelam tetapi tempat itu sangat menyeramkan , tetapi mereka memberanikan diri untuk kesana namun hari sudah gelap mereka harus beristirahat, lalu mereka tidak jadi untuk pergi kesana dulu karena mereka lelah.                                                                                                                                                                  
Setelah pagi mereka kembali ke dalam laut dan berencana untuk menelusuri pulau yang tenggelam itu , tetap ientah kenapa pulau itu sudah tidak ada lagi,mereka sangat kebingungan.                                                                                                                                                 
Lalu terpaksa mereka harus mencarinya lagi di samudera yang luas tersebutjadi mereka terus mencari dan akhirnya lama kelamaan mereka kembali ke NY dengan tangan kosong mereka minta maaf kepada sang presiden , sang president bertambah bingung atas kejadian ini.                                                                                                                                                     
Lalu sang presiden berniat untuk bunuh diri tetapi diketahui oleh seseorang dan mencegah tindakan yang konyol itu dan orang yang menolong presiden tersebut berkata,”janganlah cepat putus asa, karena semua masalah pasti ada solusinya” ujarnya tegas.                                                                                                                                                            
Lalu sang presiden menyesal dan akhirnya presiden menggelar rapat besar besaran untuk mendiskusikan masalah ini supaya bisa teratasi , sang presiden sangat kawatir karena dia tidak mau membuat dunia ini kembali menjadi masa dimana masih ada dinosaurus ,dan lainnya.                                                                                                                                                           
Dia menggelar rapat dengan mengundang semua pemimpin pemimpin negara yang ada di seluruh dunia untuk mendiskusikan hal serius ini supaya bisa terselesaikan dan energi tersebut bisa ditemukan , tetapi mereka tidak bisa berbuat apa apa akhirnya mereka kembali ke jaman dinosaurus dan mereka hidup kembali dari tahun 1.   

Note : Tulisan ini juga merupakan cerita temanku, di post di blog ku juga atas permintaannya..

Daud dan Goliat

Pada suatu hari bangsa Israel sedang bersantai santai. Ada yang sedang tidur, bermalas-malasan, dan lain-lain. Tiba-tiba datang bangsa Filistin untuk menyerang bangsa Israel. Filistin mempunyai raksasa besar seperti hulk , tetapi tidak berwarna hijau. Bentuknya seperti manusia biasa tetapi bertinggi sekitar 3 meter. Namanya Goliat. 
Pada saat itu, aku sedang mengurus dombaku sambil bermain harpa. Aku selalu menjaga dombaku dengan baik, terutama jika ada binatang buas yang mau memangsa domba-dombaku. Aku biasanya langsung berkata "Dalam Nama Yesus" dan memukul binatang tersebut hingga mereka lari. Sudah ada banyak sekali binatang yang bernasib seperti itu.                                                                           
Kemudian, saat saya sedang asik sekali bermain harpa, saya dipanggil oleh Raja kami untuk membawakan beberapa bekal untuk orang-orang yang berada disana. Rupanya mereka semua sedang ketakutan, melawan Goliat satu persatu.                                                                                                                  
Aku langsung berlari menuju sang Raja, dan berkata, ”Bolehkah aku melawannya? Melawan Goliat”. Kami berdebat untuk sementara waktu mengenai hal itu. Untungnya, aku diperbolehkan untuk maju dan melawan monster besar itu. 
Kemudian, aku mengambil lima buah batu dari sungai dan sebuah ketapel. 
Monster besar ini menertawakanku. Tetapi aku berdoa kepada Tuhan, supaya Ia memberikan aku kekuatan.                                  
Si Goliat, penuh dengan perlengkapan perangnya seperti topeng untuk melindungi kepala (tetapi dahinya tidak tertutup), pedang yang sangat panjang, sepatu raksasa, perisai dan masih banyak lagi.                                                                                                                                            
Lalu monster besar dan menjijikan itu mulai mengejekku ,”Haha dasar kau kecil! Aku injak atau ku lempar dengan jariku saja pasti sudah tewas. Hahaha!”. Tetapi nyaliku sangat besar.                                                                                                                                                  
Tetap aku tidak gampang menyerah. "Ayo sini, kau boleh mulai duluan!”, ujarnya sombong.                                                                                                                                                       
Lalu aku tanpa ragu melontarkan batuku yang pertama. Hebatnya, ia dapat menangkisnya. Terus menangkisnya sampai batu keempat. Hanya tertinggal batu terakhir. Goliat tertawa terbahak–bahak. Namun batu terakhir itu merupakan sebuah kesempatan bagiku.                                                                                                                                                                  
Aku mengambil ketapelku. Lalu aku melontarkan batu itu tepat ke dahi Goliat.  Ia tewas seketika dan terjatuh. Tak ku sangka, aku menang.                                                                                                                                                  
Setelah kejadian ini, aku mengadakan pesta besar–besaran. Semua menyambutku dengan bahagia dan sukacita karena misi pembunuhan dan kemenanganku terhadap Goliat. Puji Tuhan, bangsa Israel menang!                           

Note : Tulisan ini merupakan tulisan teman baikku, Dave Putra. Aku hanya post tulisan ini di blog ku atas permintaannya (:

Mengampuni


Pagi di kerajaan yang besar itu sangatlah indah. Matahari bersinar sangat terang, membuat kaca-kaca dan alat-alat dari logam lainnya menjadi mengkilap. Awan-awan juga tidak terlihat banyak, membiarkan sinar matahari masuk dan menerangi tempat ini. Cuacanya juga lumayan baik. Sungguh pagi yang luar biasa.

Di tengah-tengah pasar yang ramai, berjalan seorang pria. Mukanya terlihat bingung, bola matanya berlari keatas dan kebawah, dan kakinya terlihat lemah sehingga ia berjalan seperti orang cacat. Perhatian orang-orang selalu terarahkan kepadanya, mereka pikir ia adalah seorang copet yang berusaha untuk mengambil dompet orang-orang di pasar itu. 

“Bisakah mereka menemukanku?”, Isaac, pria itu, bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Ia menggaruk kepalanya dan mencoba untuk bertingkah normal, seperti orang-orang lainnya. Tetapi ia gagal.  

“Kamu! Kamu dipanggil oleh Yang Mulia, Raja Kami!”, sekelompok tentara kerajaan itu datang dan berusaha untuk menangkapnya. Tanpa berpikir panjang, Isaac segera berbalik badan dan berlari sekencang mungkin. Pelariannya itu membuat kerusuhan di pasar ini. Satu saat, ia menabrak sebuah gerobak yang penuh dengan terong sehingga terjatuh dan semua isinya menggelinding di tanah. Tapi ia mengabaikan kejadian itu dan tetap berlari secepat-cepatnya. Dan pada saat ia berlari secepat cheetah, ia terpeleset batu yang berlumut. “Argh!”, ia berteriak. Boom! Pria ini terjatuh. Kakinya berdarah, dahinya terlihat bengkak karena menabrak bebatuan dan tanganya menjadi sangat kotor. “Sial! Kenapa harus terpeleset!”, pikirnya.
Beberapa saat setelah itu, seorang tentara berdiri di sampingnya dan berkata, “Akhirnya kamu jatuh juga!”. “Cepat, ambil borgol itu dan borgol tangannya, dia bisa kabur kapan saja!”, ia berkata kepada salah seorang kawannya. “Kabur? Ide yang bagus”, Isaac berpikir. “Namun, apa mungkin? Ah, coba saja”. 

Sebelum tentara-tentara itu membekuknya, ia berdiri dan berlari kembali. “Hey Hey! Dia kabur, tangkap dia! Cepat, tangkap dia!“, pemimpin dari kelompok tentara tadi berteriak. “Celaka, kenapa kakiku harus berdarah juga?! Aku harus lari secepat mungkin!”, ia berkata kepada dirinya sendiri. Isaac dapat merasakan kepedihan di kakinya, tetapi ia tetap harus kabur dan menjauh dari mereka.

Terus memaksa kakinya untuk tetap berlari, kaki kanannya terpelintir sehingga ia terjatuh untuk kedua kalinya. Dan sebelum ia dapat berdiri lagi, terdengar suara klik dari arah tangannya. “Sudah aku borgol Komandan!”. “Baik, bawa dia ke Yang Mulia”, pemimpin mereka berkata, “pukul lehernya terlebih dahulu!”. “Siap”, salah satu dari mereka mendekati pria ini dan, buk! Matanya menutup. Ia terjatuh pingsan.

Sesaat setelah kejadian itu, ia membuka matanya lagi. “Dimana aku?”, ia bertanya, belum mengetahui bahwa ia berada di depan Rajanya. “Kau berada di istanaku”, Raja itu dengan tenang berkata kepadanya. “Oh, Yang Mulia”, ia terbangun dan merapikan pakaiannya, “jika semua ini karena masalah saya kepada Yang Mulia, saya meminta maaf”. “Ini memang karena masalah itu yang belum kau selesaikan. Saya sudah membuat keputusan baru untuk menghukummu”.

“Pak, tolong jangan hukum saya. Saya tidak bisa mengembalikkan semua hutang saya kepada bapak”, ia berlutut di hadapan Rajanya, meminta ampun di dalam istana yang besar itu. “Begini hambaku, saya ingin engkau untuk bertanggung jawab atas hutang-hutang engkau kepada saya. Anda tetap harus saya hukum”, Raja itu menolak. “Lagi pula, apa anda bisa membayar hutang berjuta-juta seperti ini? Pasti anda tidak akan bisa. Jikalau anda bisa, itu berbeda kasus. Saya pasti akan membebaskan anda”. “Tetapi Yang Mulia, saya ingin menerima ampun. Saya meminta maaf saya berhutang sangat banyak kepada Yang Mulia”, suaranya semakin serak.  Tak tega melihatnya memohon, Raja itu mengalihkan pandangannya yang semula terfokus kepada pria yang berhutang kepadanya itu.

Keringat Isaac semakin lama semakin mengucur ke lantai, rambutnya sudah basah kuyup, nafasnya tersengal-sengal, dan tangannya bergemetar. Kadang-kadang, tangannya, yang juga dialiri keringatnya, terpeleset dan ia terjatuh.

Tiba-tiba, ia sujud di depan Raja tadi, seakan-akan menyembahnya. “Aku memohon kepadamu Rajaku, aku tidak dapat membayar semua hutang-hutang ku. Aku memohon. Jika engkau menghukumku, siapa yang akan bekerja untuk anak dan istriku? Siapa yang akan member mereka makan dan minum yang cukup? Siapa yang akan merawat mereka seperti aku merawat mereka?”, ia terus mencoba untuk meminta ampun. Karena perkataannya yang singkat itu, hati Raja ini tergerakkan. Pandangannya kembali terarah kepada Isaac.

Sebenarnya, hatinya diputarkan seratus delapan puluh derajat. Ia bingung harus melakukan apa. Dalam satu sisi, ia membutuhkan uang itu untuk memenuhi kebutuhannya, di satu sisi lainnya, ia merasa kasihan terhadap Isaac. Tetapi, ia harus menyadari bahwa ia yang berkuasa di dalam kerajaannya ini, dan keputusan harus segera dibuat.

“Tunggu sebentar, akan aku pikirkan terlebih dahulu mengenai ini”, ia berkata dengan suara yang berat. Hati pria tadi mulai menjadi tenang. “Terima Kasih Yang Mulia”, ia berkata, tidak tahu berterima kasih karena apa, tetapi ia terus bersujud.

Setelah hampir 23 menit lamanya Raja ini berpikir dan berpikir terus menerus, ia akhirnya menemukan keputusan yang benar.

“Seharusnya, hutang yang engkau buat itu digunakan untuk membayar kebutuhan-kebutuhan keluarga saya. Tapi, saya sudah menemukan keputusan yang tidak hanya mementingkan diri saya sendiri, tetapi juga mementingkan rakyat saya. Lagi pula, uang sebesar itu dapat saya cari kembali. Jadi, keputusan saya adalah untuk membebaskanmu”, Raja itu tersenyum lebar. “Oh terima kasih yang sebesar-besarnya ditujukan kepada engkau Rajaku, kau memang yang terbaik! Terima kasih sekali”, suaranya menjadi sangat jelas. “Sama-sama, engkau diperbolehkan untuk meninggalkan tempat ini”, ia berkata. Kemudian Isaac menundukkan kepalanya dan berjalan keluar dengan hati yang sangat senang.

Laki-laki ini berjalan keluar dari istana itu sambil berteriak, “Aku dibebaskan!”. Mukanya terlihat sangat senang, dan bibirnya membentuk suatu senyuman indah. 

“Hey kawan! Kau dibebaskan dari hutangmu ya? Syukurlah”, Alex, salah seorang temannya menghampirinya. “Kamu!”, tiba-tiba ia menjadi marah, “kau ingat tidak, bahwa kau berhutang kepadaku! Kau harus membayarnya sekarang”. Isaac mencekik Alex sangat erat, sehingga ia nyaris dijemput oleh Tuhan. “Tetapi aku tidak punya cukup uang untuk melunasi hutang itu”, ia memohon. Omong kosong! Bayar sekarang juga!”, ia berteriak.

Seorang penjaga istana yang melihatnya melakukan hal itu, berlari kepada sang Raja dan melaporkan kejadian kejam itu. “Panggil dia!”, perintah Raja. 

Tak lama kemudian, Isaac kembali berhadapan dengan Rajanya. “Bukannya aku baru saja membebaskanmu dari hutangmu yang keterlaluan itu?”, ia bertanya. “Iya Yang Mulia, memang kenapa?”. “Aku sangat kecewa melihatmu mencekik temanmu yang berhutang kepadamu itu, kau seharusnya membebaskannya, sama halnya seperti aku membebaskanmu”, Raja itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Isaac menundukkan kepalanya. “Terpaksa aku harus melakukan yang terbaik untuk kita semua”, ia berkata. “Tidak!”, Isaac memberontak. “Pasukan, bawa pria jahat ini ke penjara”, ia memerintah. “Belajarlah untuk mengampuni”, Raja itu menasihatinya. 

Isaac tidak dapat berbicara apa-apa lagi, memang itu yang pantas ia dapatkan.

Rabu, 07 November 2012

Mengutuk, Dikutuk dan Membebaskan Diri


Di suatu tempat yang jauh dari perkotaan dan pedesaan, berdiri satu rumah. Rumah itu tak seberapa mewah jika dilihat dari luarnya. Layaknya suatu rumah yang ditinggali orang berkelas menengah kebawah. 

Pagar putihnya sudah terlihat sangat rapuh. Kayu rumah itu juga ada beberapa yang sudah lenyap di makan rayap. Pintu rumah itu, benar benar mengerikan. Ada beberapa lubang disitu. Jendela-jendelanya juga sudah kebanyakan pecah. Bagaimana dengan atapnya? Lebih baik jangan dibahas.

Yang meninggali rumah itu tak banyak, melainkan hanya seorang wanita tua yang dalam 30 tahun terakhir ini, tak pernah keluar dari rumahnya. Satu hal wajib yang ia lakukan setiap hari, setiap pagi adalah membuka jendela dapurnya dan menikmati angin sejuk yang selalu berhembus kearahnya. Tetapi, hal ini ia lakukan hanya untuk sebentar saja. Karena setiap kali ia membuka jendela itu untuk menikmati angin, badai datang dang menghancurkan momen indah itu.

Pagi ini, sama seperti pagi biasanya, ia memutarkan roda kursinya itu menuju dapurnya. Ia mengambil satu cangkir dan mengisinya dengan air panas. Lalu, ia berputar untuk mencelupkan teh kedalam cangkir tadi. Setelah selesai, ia membuka jendela dapurnya, seperti biasa. Angin sejuk itu kembali meniupnya. Rambut putihnya menari karena hembusan angin sehingga terlihat sangat anggun, bajunya ditiup angin sangat kencang, dan disitu ia hanya duduk. Tak tersenyum, tak ada perasaan apa-apa, dan sama sekali tak senang. Kemudian ia mulai untuk meminum teh panasnya itu.

Saat angin sejuk itu meniupnya dengan sangat semilir, terlihat segerombolan awan hitam datang kearahnya. Awal-awal, mereka terlihat tidak berbahaya. Sama seperti biasanya. Tapi lama-kelamaan, kedatangan mereka itu juga disambut oleh petir dan halilintar hebat. 

Wanita itu, dengan tangan bergemetaran, mencoba untuk menutup jendelanya. “Klik”, terdengar suara itu setelah ia mengunci jendelanya. Suara badai di luar rumahnya itu terdengar sangat dahsyat. Hujan mulai turun. Air hujan membasahi seluruh rumahnya. Beberapa bagian dari atap rumah itu berlubang, jadi, pastinya air hujan itu memasuki rumahnya. “Kutukan itu”, ia berbisik kepada dirinya sendiri.

Ia teringat akan kejadian buruk yang menjatuhi dirinya 30 tahun yang lalu. Saat wanita itu sedang berjalan kaki dari rumahnya ke rumah salah seorang teman baiknya, suatu badai datang dan menyerangnya. Badai itu beberapa hari yang lalu sudah diprediksi akan datang, dan badai ini bukanlah badai biasa. “Badai Kutukan” kata kebanyakan orang. 

Menurut kisahnya, jika ada seseorang yang berani mengutuk badai itu, hidupnya juga akan dikutuk juga.
Tetapi wanita ini tak perduli. Ia tidak percaya akan 'mitos-mitos' seperti itu. “Omong kosong”, pikirnya. 

Dan pada saat badai itu datang dan hujan membasahi dirinya yang sudah hampir sampai ke tujuannya, ia mengatakan sesuatu. Sesuatu yang dapat mengutuk hidupnya untuk selamanya. Sesuatu yang dapat memasukkan hidupnya ke dalam bahaya yang sangat besar. “Badai keparat!”, teriakan itu mengaung di langit yang luas. Pada saat itu, awan diatas menjadi sangat hitam dan petir besar menyambar pohon yang berada tepat di depannya sehingga tumbang. Pohon itu terbakar. Api yang berkobar sangat besar. Nyaris sekali menyambarnya. Dan di kobaran api itu, terbentuk kata-kata yang membuatnya terkejut. Sangat terkejut sebenarnya. “Let me teach you how to punish yourself!”. Ia berlari pulang. Berlari sangat cepat dengan tergesa-gesa. 

Lalu ia memasuki rumahnya sambil berteriak. Ia menutup semua pintu rumahnya, dan semua jendela dan mengunci mereka masing-masing. “Akhirnya aku bisa menghindari badai itu!”, hatinya berkata. Tapi permainan ini belum selesai, melainkan baru saja dimulai. Ia melihat satu lembar kertas jatuh dari atap rumahnya. Tak tahu sumbernya dari mana dan penulisnya siapa. “Terang akan selalu berubah menjadi gelap saat kau ada, karena kegelapan adalah dirimu” tertulis kalimat itu di lembar kertas tadi. Bau kertas itu amis, ia sangat yakin tulisan itu ditulis dengan darah manusia.
Waktu dilahap olehnya hanya untuk memikirkan apa yang dimaksud dengan kalimat itu. Sampai akhirnya ia mengerti bahwa keberadaannya akan selalu mengundang badai kutukan itu. 

Pada waktu itu, ia sangat takut akan keselamatan orang-orang di sekitarnya, maka dari itu, ia melarikan diri ke tempat yang jauh dari semua tempat yang ditinggali banyak warga.

Mulai dari saat itulah, ia pindah ke rumahnya yang tua ini, dengan kutukan badai itu. Ia tidak akan pernah bisa lagi keluar dari rumahnya dan menikmati langit indah.
“Duar!”, suara petir yang baru saja menyambar terdengar mengerikan. Rumahnya seakan-akan sedang difoto oleh puluhan paparazzi dengan flash kamera mereka yang sangat terang. Tapi ia tak takut. Sama sekali tidak takut kali ini. “Sudah biasa”, itu saja yang ia pikir.

“Ting tong”, bel rumahnya yang selama 30 tahun tidak berbunyi tiba-tiba mengeluarkan suaranya kembali. Wanita itu sangat kaget mendengar suara belnya. Mana mungkin ada seseorang yang berani datang ke rumahnya yang tua dan dalam keadaan sedang diserang badai besar?

Mau tidak mau, ia harus membuka pintu rumahnya. “Ting tong”, bel itu berbunyi lagi. Ketakutan, ia tidak berkata apa-apa. Pelan-pelan, ia menjalankan kursi rodanya untuk membuka pintu rumahnya. Lagi-lagi, dengan tangan bergemetaran dan dengan hati yang berdebar-debar, ia memutar gagang pintu itu. 

Ya, akhirnya pintu ini dibuka setelah 30 tahun lamanya tertutup. Hatinya tambah berdebar, seorang anak perempuan, dengan baju merah muda yang basah kuyup, rambut pirang yang sangat lembut, mata yang berkaca-kaca, tinggi badan sekitar satu meter dan lollipop yang terlihat retak di tangannya berdiri di depannya.

“Kutukan itu, kutukan yang dijatuhkan kepadamu dapat kuhapuskan”, suara anak itu bagaikan suara gemuruh. Mata wanita tua itu menjadi besar. "Nak apa yang kau katakan?", ia berpura-pura untuk tidak tahu. "Jangan menipuku! Aku adalah dewa Julieth, dewa badai dan binatang", anak itu memperkenalkan identitasnya. Wanita tua itu kebingungan. "Apakah aku bermimpi?", ia bertanya. "Ini bukan mimpi, aku memang ada", dewa itu tersenyum. "Badai kutukan ini adalah hasil kerja tangan ku yang gagal. Seharusnya aku membuat badai berkat, tetapi aku gagal, munculnya badai kutukan ini. Dan pada saat aku ingin menghancurkannya, ia melarikan diri, dan menjadi sangat kuat", ia berkata dengan serius. Caroline terlihat tambah bingung.

“Caroline, berpeganglah ke pundakku”, ia berputar. Tak berpikir panjang, Caroline dengan segera menaruh tangannya ke pundak anak kecil yang pendek itu.
Dalam sekejap, kepala anak itu berubah menjadi kepala singa, dan tangannya berubah menjadi sayap burung elang, badannya berubah menjadi badan serigala dan kakinya berubah menjadi cakar burung garuda. Lalu ia terbang membawa wanita itu ke awan yang gelap diatas mereka. "Berpeganganlah yang erat!", dewa badai dan binatang itu berkata.

“Kau membawaku kemana!”, teriak Caroline, wanita tua itu. “Semua kutukan yang badai ini bawa disimpan di dalam satu berlian besar yang melayang di awan-awan ini! Berlian ini juga merupakan jantung badai ini, jadi jika dihancurkan, badai itu hilang untuk selamanya! Aku membutuhkan engkau untuk menghancurkan berlian itu, karena hanya manusia yang terkutuk yang bisa menghancurkannya”, dewa yang menyamar menjadi anak itu menjawabnya. Suara badai dan gemuruhnya sangatlah keras sehingga terkadang melampaui suara anak kecil itu. 

Setelah dua belas menit mereka terbang mengitari badai ini dan mencari berlian tadi, mereka akhirnya menemukannya. Berlian itu melayang di titik pusat badai itu. Cahayanya sangat terang, menyilaukan mata mereka berdua. Dan terlihat di dalam berlian terang tadi, banyak tulisan-tulisan kutukan berwarna merah darah, sama seperti tulisan yang ia dapatkan 30 tahun yang lalu di rumahnya. 

Ia menelan air liurnya sendiri. Petir menyambar terus menerus ke berlian itu, tapi tak hancur-hancur. “Ambil pedang ini dan hancurkan berlian itu! Pedang ini diberi kuasa untuk bisa menghancurkan semua berlian, termasuk berlian satu ini! Berhati-hatilah”, anak yang sudah berubah wujud itu berteriak. Tiba-tiba, sebuah pedang berwarna perak mengkilap jatuh tepat di tangannya dan anak kecil itu melemparkannya kearah berlian terang tadi. Tak dapat ia duga, ia bisa melayang diatas awan-awan. “Hancurkan semua kutukan itu!”, anak itu berteriak kembali. Tak lama setelah itu, ia menghilang di awan-awan hitam. Caroline sudah tidak bisa melihatnya lagi.

Dengan pelan-pelan, ia mencoba untuk menghancurkan berlian itu. Tapi selalu tidak bisa. Setiap kali ia mengarahkan pedangnya ke berlian itu, petir menyambar. Ia mencoba terus-terusan sampai akhirnya, ia tidak tahan lagi. 

Emosinya mulai naik. Ia menjadi sangat marah. Pedangnya ia arahkan ke berlian itu. Tapi lagi-lagi petir menyambar. Mukanya menjadi sangat merah. Matanya berkaca-kaca. Sementara berlian itu hanya duduk diam di depannya. 

Saat ia ingin mencoba untuk mengancurkan berlian itu lagi, pedangnya tersambar petir sehingga terlempar jauh ke bawah. 

“Aaaaaarrrgghh”, ia berteriak sekencang mungkin. Jantungnya berdebar sangat cepat, keringatnya mengalir dari atas ke bawah, air matanya keluar dan tangan keriputnya bergemetar. “Tak ada orang yang dapat mendengarkan teriakanmu Caroline tua! Aku telah mengutukmu selamanya! Dan kau tidak bisa mengambil kutukan itu kembali!”, badai itu berbicara kepadanya. “Okay! Aku meminta maaf jika dulu, 30 tahun yang lalu, aku mengutukmu. Aku minta maaf. Tapi, hanya karena aku mengutukmu, bukan berarti kau bisa mengutukku balik!”, ia menjerit. 

Caroline menjatuhkan dirinya untuk mengambil pedangnya balik.  Angin yang sangat dingin dan air hujan yang lebat dapat ia rasakan. Akhirnya! Ia dapat melihat pedang silvernya. “Hap!”, ia memegang pedang itu di tangannya kembali. Melihat Caroline jatuh dari langit, anak perempuan tadi segera terbang kearahnya dan membawanya kembali ke tempat berlian itu melayang. 

“Bawa pedangnya seerat mungkin, ini mungkin kesempatan terakhir kita untuk melenyapkan badai ini!”, dewa badai ini mencoba untuk memotivasi Caroline tua. Dilemparkannya kembali Caroline kearah berlian tadi. Ia mengangkat pedangnya setinggi mungkin dan melompat ke atas berlian itu. “MATILAH KAU!”. “Nooo!”, giliran badai itu yang berteriak kepadanya. Tapi sudah terlambat. Pedang yang kuat itu menghancurkan berlian badai kutukan. Terlihat, sinarnya padam tiba-tiba. Tulisan-tulisan itu jatuh bertaburan kebawah, terbakar. Serpihan berlian itu jatuh semua, menjadi butiran debu. Dan badai itu menghilang dalam hitungan detik. Awan gelap itu lenyap, dan Caroline, yang sudah tidak bertenaga sama sekali, ikut jatuh dengan lemas ke tanah. 

Sebelum badannya menyentuh tanah, anak kecil tadi, masih dalam wujudnya yang tidak jelas, datang dan membawanya balik ke rumah tuanya itu. Sesampainya disana, dibaringkan Caroline di kasurnya. Lalu, ia pergi meninggalkan wanita tua itu. 

Setelah satu jam lamanya ia tidak sadarkan diri, akhirnya matanya kembali terbuka. Di samping tempat tidurnya, terbaring satu surat kecil untuknya. “Engkau bebas, kini kegelapan telah pergi dan terang akan tinggal bersamamu”..